IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Dewi Nurhasanah
0 Komentar
A. IMPLEMENTASI
Pengertian Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan
agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan
kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan
keterampilan dalam melakukan tindakan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan,
strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al.,
1995).
Dalam Implementasi
tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan, antara lain:
1) Individualitas klien,
dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu implementasi keperawatan yang akan dilakukan.
2) Melibatkan klien dengan
mempertimbangkan energi yang dimiliki, penyakitnya, hakikat stressor, keadaan
psiko-sosio-kultural, pengertian terhadap penyakit dan intervensi.
3) Pencegahan terhadap
komplikasi yang mungkin terjadi.
4) Mempertahankan kondisi
tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta upaya peningkatan kesehatan.
5) Upaya rasa aman dan
bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.
penampilan perawat yang bijaksana dari segala
kegiatan yang dilakukan kepada klien.
b. Tipe Implementasi
Menurut Craven dan Hirnle
(2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari implementasi keperawatan,
antara lain:
1.Cognitive implementations
meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan
kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi
komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi
penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan,
dan lain lain.
2.Interpersonal implementations
meliputi
koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi
terapeutik, menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan
dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain
lain.
3.Technical implementations
meliputi pemberian
perawatan kebersihan kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan
perubahan dari data dasar klien, mengorganisir respon klien yang abnormal,
melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
Sedangkan dalam melakukan implementasi
keperawatan, perawat dapat melakukannya sesuai dengan rencana keperawatan dan
jenis implementasi keperawatan. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga
jenis implementasi keperawatan, antara lain:
1.Independent implementations
adalah implementasi yang
diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi
masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity
daily living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan
kebutuhan psiko-sosio-spiritual, perawatan alat invasive yang dipergunakan
klien, melakukan dokumentasi, dan lain-lain.
2.Interdependen/ Collaborative implementations,
adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama
tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya
dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric
tube (NGT), dan lain-lain. Keterkaitan dalam tindakan kerjasama ini misalnya
dalam pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek samping merupakan
tanggungjawab dokter tetapi benar obat, ketepatan jadwal pemberian, ketepatan
cara pemberian, ketepatan dosis pemberian, dan ketepatan klien, serta respon
klien setelah pemberian merupakan tanggung jawab dan menjadi perhatian perawat.
3.Dependent implementations,
adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari
profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya,
misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah
dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran
dari bagian fisioterapi.
c. Tahap Yang Perlu Diperhatikan Dalam
Implementasi
Secara operasional hal-hal yang perlu diperhatikan
perawat dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah:
1. Pada tahap persiapan.
a. Menggali perasaan,
analisis kekuatan dan keterbatasan professional sendiri.
b. Memahami rencana
keperawatan secara baik.
c. Menguasai keterampilan
teknis keperawatan.
d. Memahami rasional ilmiah
dari tindakan yang akan dilakukan.
e. Mengetahui sumber daya
yang diperlukan.
f. Memahami kode etik dan
aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan keperawatan.
g. Memahami standar praktik
klinik keperawatan untuk mengukur keberhasilan.
h. Memahami efek samping dan
komplikasi yang mungkin muncul.
i.
enampilan perawat harus menyakinkan.
2. Pada tahap pelaksanaan.
a.
Mengkomunikasikan/ menginformasikan kepada klien
tentang keputusan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan oleh perawat.
b.
Beri kesempatan kepada klien untuk
mengekspresikan perasaannya terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh
perawat.
c.
Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan
hubungan antar manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
d.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat
pelaksanaan tindakan adalah energi klien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi,
rasa aman, privacy, kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang telah
diberikan.
3. Pada tahap terminasi.
a.Terus memperhatikan
respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan.
b.Tinjau kemajuan klien
dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.
c. Rapikan peralatan dan lingkungan klien dan
lakukan terminasi.
d. Lakukan pendokumentasian.
d. Pendekatan Tindakan
Dalam Implementasi
tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan, antara lain:
1)
Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan
makna dasar dari suatu implementasi keperawatan yang akan
dilakukan.
2)
Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi
yang dimiliki, penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural,
pengertian terhadap penyakit dan intervensi.
3)
Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin
terjadi.
4)
Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak
menjadi lebih parah serta upaya peningkatan kesehatan.
5)
Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam
memenuhi kebutuhannnya.
6)
Penampilan perawat yang bijaksana dari segala
kegiatan yang dilakukan kepada klien.
e. Prinsip Implementasi
Beberapa pedoman atau prinsip dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan (Kozier et al,. 1995) adalah sebagai
berikut:
1.
Berdasarkan respons klien.
2.
Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian
keperawatan, standar pelayanan professional, hukum dan
kode etik keperawatan.
3.
Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang
tersedia.
4.
Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat
profesi keperawatan.
5.
Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada
dalam rencana intervensi keperawatan.
6.
Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien
sebagai individu dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri
sendiri (Self Care).
7.
Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya
peningkatan status kesehatan. Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi
klien.
8.
Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.
9. Bersifat holistik.
10. Kerjasama dengan profesi
lain.
11. Melakukan dokumentasi
f. Metode Implementasi
1. Membantu Dalam Aktivitas
Kehidupan Sehari-Hari
Aktivitas Kehidupan
Sehari-Hari(AKS) adalah aktivitas yang
biasanya dilakukan sepanjang hari/ normal, aktivitas tersebut mencakup: ambulasi, makan, berpakaian, mandi,menyikat gigi,dan berhias.Kondisi yang
mengakibatkan kebutuhan AKS dapat bersifat akut, kronis, temporer, permanen, Sebagai
contoh, klien pascaoperatif yang tidak mampu untuk secara mandiri
menyelesaikansemua AKS,Sementara terus beralih melewati periode
pascaoperatif,klien secara bertahap kurang bergantung pada perawat untuk
menyelesaikan AKS.
2.Konseling
Konseling merupakan metoda implementasi yang membantu
klien menggunakan proses pemecahan masalah untuk mengelani dan menangani stres
dan yang memudahkan hubungan interpersonal diantara klien,keluarganya,dan tim
perawatan kesehatan.klien dengan diagnosa psikiatris membutuhkan terapi oleh
perawat yang mempunyai keahlian dalam keperawatan psikiatris oleh pekerja
sosial,psikiater dan psikolog
3.Penyuluhan
Digunakan menyajikan prinsip,prosedur dan teknik yang
tepat tentang perawatan kesehatan untuk klien dan untuk menginformasikan klien
tentang ststus kesehatannya.
4. Memberikan asuhan keperawatan langsung
Untuk mencapai tujuan terapeutik klien,perawat melakukan
intervensi untuk mengurangi reaksi yang merugikan dengan menggunakan tindakan
pencegahan dan preventive dalam memberikan asuhan.
KOMPENSASI UNTUK REAKSI
YANG MERUGIKAN
S
uatu reaksi yang merugikan adalah efek
membahayakan atau efek yang tidak diinginkan dari medikasi. Pemeriksaan
diagnostic, atau intervensi terapeutik. Reaksi yang merugikan membutuhkan
intervensi keperawatan independen, dependen, atau interdependen. Tindakan
keperawatan yang mengopensasi reaksi yang merugikan mengurangi atau menghadapi
reaksi. Untuk melakukannya perawat harus mempunyai pengetahuan tentang
potensial efek yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, ketika memberikan
medikasi. Perawat memahami efek samping yang telah dikenal dan yang potensial
dari obat. Setelah memberikan medikasi perawat mengkaji klien terhadap segala
efek yang merugikan. Perawat harus mengetahui obat-obat yang dapat melawan efek
samping. Sebagai contoh, klien mungkin mempunyai reaksi hipersensitivitas yang
tidak diketahui terhadap penisilin dan mungkin mengalami bintul dan gatal
setelah mendapatkan tiga dosis penisilin. Perawat mencatat reaksi yang terjadi
dan menghentikan pemberian obat selanjutnya.
Ketika merawat klien yang akan menjalani atau
harus menjalani pemeriksaan diagnostik tertentu. Perawat harus memahami
pemeriksaan dan segala potensial efek yang merugikan. Sebagai contoh, klien
tidak defekasi dalam 24 jam setelah mendapat enema barium. Perawat juga harus
mempelajari tentang efek samping potensial, mengenali adanya reaksi yang
merugikan dan menanganinya sesuai keadaan.
TINDAKAN PREVENTIF
Tindakan keperawatan preventif diarahkan pada
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit untuk menghindari perlunya perawatan
rehabiliatif akut atau kronis. Prevensi mencakup pengkajian dan promosi potensi
kesehatan klien. Penerapan tindakan yang diharuskan deperti imunisasi,
penyuluhan kesehatan, dan diagnosa dini. Tindakan keperawatan preventif
digunakan untuk memenuhi tujuan terapeutik klien. Melalui tindakan preventif
perawat mampu untuk membantu klien mendapatkan tingkat kesejahteraan yang
tertinggi.
TEKNIK TEPAT DALAM
MEMBERIKAN PERAWATAN DAN MENYIAPKAN KLIEN UNTUK PROSEDUR
Pemberian asuhan keperawatan mengharuskan perawat
untuk berpengalaman dalam banyak teknik yang merupakan metode yang harus
diikuti dalam melakukan prosedur spesifik seperti memberikan medikasi,
mengganti balutan klien atau memasang kateter folley. Perawat klien, terutama
di rumah dan di rumah sakit, melibatkan banyak teknik. Setiap prosedur yang
perawat lakukan untuk klien dilakukan dengan metode spesifik. Untuk menjalankan
prosedur, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang prosedur itu sendiri. Frekuensi,
langkah-langkah dan hasil yang diharapkan. Di rumah sakit perawat menyelesaikan
banyak prosedur setiap hari. Beberapa dari prosedur ini mungkin saja baru,
sehingga sebelum melakukan prosedur baru perawat mengkaji kompetensi personal
dan menentukan perlunya bantuan, pengetahuan baru atau keterampilan.
TINDAKAN MENYELAMATKAN
JIWA
Tindakan ini diterapkan ketika keadaan fisiologis
dan psikologis klien terancam. Tujuan dari tindakan penyelamatan jiwa adalah
untuk memulihkan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Tindakan seperti ini
termasuk memberikan medikasi darurat, melakukan resusitasi kardiopulmonal,
meresterain klien yang mengalami konfusi atau klien dengan tindak kekerasan dan
mendapatkan konseling segera dari pusat krisis untuk klien yang sangat gelisah.
Melakukan tindakan ini adalah komponen penting dari praktik keperawatan.
Seperti halnya pada prosedur lain. Perawat harus
mempunyai pengetahuan tentang prosedur penyelamatan jiwa itu sendari.
Langkahnya dan hasil yang diharapkan. Jika perawat yang tidak berpengalaman
menghadapi situasi yang membutuhkan tindakan darurat. Tindakan keperawatan yang
sesuai mungkin untuk memanggil tenaga professional yang berpengalaman.
MENCAPAI TUJUAN PERAWATAN
Tujuan perawat klien dapat dicapai dengan
memberikan suatu lingkungan yang kondusif untuk memenuhi tujuan tersebut.
Menyesuaikan perawat berdasarkan kebutuhan klien yang diekspresikan atau yang
ditunjukkan;menstimulasi dan memotivasi klien. Perawat juga mampu menciptakan
lingkungan perawatan kesehatan yang kondusif untuk mencapai tujuan klien.
Idealnya, perawat menciptakan suatu lingkungan yang memberikan klien privasi
yang adekuat untuk untuk memenuhi kebutuhan dasar dan memungkinkan mereka
merasa nyaman dan beabas untuk berinteraksi dengan tim perawatan kesehatan. S
uatu langkah dini dalam menetapkan suatu
lingkungan yang sesuai adalah untuk mengorientasikan klien dan keluarganya pada
lembaga perawatan kesehatan. Dan mereka harus melakukan pembersihan dalam
lingkungan di rumah, rumah sakit, puskesmas, dan tempat kesehatan lainnya yang
terjaga agar kondusif terasa aman dan bebas dari lingkungan tidak bersih.
MENGAWASI dan
MENGAVALUASI KERJA dari ANGGOTA STAF LAIN
Perawat yang mengembangkan rencana perawatan
sering kali tidak melakukan semua intervensi keperawatan. Beberapa intervensi
mungkin didelegasikan kepada anggota tim keperawatan kesehatan lainnya. Sebagai
contoh, intervensi non-invasi seperti perawatan kulit, latihan rentang gerak,
ambulasi, berhias dan tindakan hygiene dapat ditugaskan kepada asisten keperawatan.
Dalam kasus perawat praktik berlisensi, pemberian medikasi dan pengkajian
tanda-tanda vital dapat didelegasikan. Perawat yang memberikan tugas
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap tugas ditugaskan secara sesuai
dan diselesaikan sesuai dengan standar perawatan.
Contoh
masalah
Tn Antony, seorang laki-laki berusia 75 tahun, masuk di unit bedah dari ruang
pemulihan setelah pemasangan pen pada pinggul. Riwayatnya menunjukkan bahwa Tn.
Antony hidup sendrian di sebuah apartemen. Istrinya meninggal 10 tahun yang
lalu. Tn. Antony mempunyai banyak teman dan terlibat dalam Lembaga Swadaya
Masyarakat. Dia suka jalan dan naik sepeda. Kali ini dia masuk rumah sakit
Karena jatuh dari sepeda. Program medis pasca operasi untuk Tn.Antony adalah
sebagai berikut.
· Kateter foley untuk drainase berat jenis.
· 2% NaCldengan KCL20 mEq untuk di infuskan
selama 8 jam.
· Morfin sulfat 6-8, IM setiap 3-4 jam, bila
nyeri.
· Trapese di atas kepala tempat tidur.
NO.
DIAGNOSIS MASALAH KOLABORATIF
|
TGL/JAM
|
TINDAKAN
|
PARAF
|
24-03-2011/07.30
08.00
08.15
08.20
09.00
09.30
10.00
10.30
11.00
|
Mengukur
tingkat kesadaran:
GCS
1-1-1,reaksi pupil terhadap cahaya(+) isokor.
Suhu
38C,nadi 94 X/menit,tekanan darah 180/120mmHg
Merapikan
tempat tidur,meja dan pakaian klien
Memantau
cairan infuse:Nacl 0,9% 20 tetes /menit
Mengukur
suhu 38,9C dan nadi 100X/menit
Melakukan
kolaborasi dengan dokter saat visit :rencana untuk CT scan,terapi yang laen
tetap
Melakukan
injeksi
Memberikan
penjelasan pada keluarga tentang kondisi klien terakhir,dan kebutuhan
pemeriksaan CT scan.keluarga menyetujui dan menandatangani informed concent
Mengantar
klien ke ruang CT scan.
|
B. EVALUASI
a. Pengertian evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah
diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak atau
belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan
keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke
keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan
kesediaan keluarga.
Penilaian
keperawatan merupakan kegiatan
melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil.
Penilaian keperawatan adalah mungukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan memenuhi kebutuhan klien.
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu
berkaitan dengan tujuan. Apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak
tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Hal tersebut dapat terjadi karena
beberapa faktor :
a. Tujuan
tidak realistis
b. Tindakan
keperawatan yang tidak tepat
c. Terdapat faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
Dimensi dalam penilaian :
a. Keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dikaitkan dengan
pencapaian tujuan
b. Ketepatgunaan yang dikaitkan dengan biaya apakah dalam
bentuk uang, waktu, tanaga dan bahan/peralatan yang diperlukan
c. Kecocokan, dikaitkan dengan kesanggupan tindakan yang
dilakukan untuk memecahkan masalah dengan baik sesuai dengan pertimbangan
profesional
d. Kecukupan, menyinggung kelengkapan dari tindakan apakah
semua tindakan dilaksanakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
b. Tahap
evaluasi
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara
operasional dengan sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan
formatif (dengan proses dan evaluasi akhir).
Evaluasi
dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1.
Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jeni ini dikerjakan dalam bentuk
pengisian format catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang
dialami oleh keluarga. format yang dipakai adalah format SOAP.
2.
Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara
membandingkan antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan
diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau
kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.
c. Metode
evaluasi
Metode
yang dipakai dalam evaluasi antara lain:
a. Observasi
langsung adalah mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam
keluarga.
b. Wawancara
keluarga, yang berkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah menjalankan
anjuran yang diberikan perawat.
c. Memeriksa
laporan, dapat dilihat dari rencana Asuhan Keperawatan yang dibuat dan tindakan
yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.
d. Latihan
stimulasi, berguna dalam menentukan perkembangan kesanggupan melaksanakan
Asuhan Keperawatan.
d.
Mengukur
pencapaian tujuan keluarga
Factor yang dievaluasi ada beberapa
komponen, antara lain:
a) Kognitif
(pengetahuan)
Lingkup evaluasi pada kognitif
adalah:
Pengetahuan keluarga mengenai
penyakitnya
Mengontrol gejala-gejala
Pengobatan
Diet, aktivitas, persediaan
alat-alat.
Risiko komplikasi
Gejala yang harus dilaporkan
Pencegahan
Informasi
ini dapat diperoleh dengan cara:
a. Interview, dengan cara:
·
Untuk
Menanyakan kepada keluarga untuk mengingat beberapa fakta yang sudah diajarkan
·
Untuk Menanyakan kepada keluarga untuk
menyatakan informasi yang spesifik dengan
kata-kata keluarga sendiri (pendapat keluarga sendiri )
·
Untuk Mengajak keluarga pada situasi hipotesa
dan tanyakan tindakan yang tepat terhadap apa yang ditanyakan.
b. Kertas
dan pensil
Perawat
menggunakan kertas dan pensil untuk mengevaluasi pengetahuan keluarga terhadap
hal-hal yang telah diajarkan.
c.
Afektif (status emosional)
dengan cara
observasi secara langsung, yaitu dengan cara observasi ekspresi wajah, postur
tubuh, nada suara, isi pesan secara verbal pada waktu melakukan wawancara.
d. Psikomotor
yaitu dengan cara melihat apa yang dilakukan keluarga
sesuai dengan apa yang diharapkan.
e.
Penentuan keputusan pada tahap evaluasi
Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini:
Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan dalam
tujuan, sehingga rencana mungkin dihentikan
Keluarga masih dalam proses mencapai hasil
yang ditentukan, sehingga perlu penambahan waktu, resources, dan intervensi
sebelum tujuan berhasil
Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah
ditentukan, sehingga perlu:
1) Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat
2)
Membuat outcome yang baru, mungkin outcome pertama tidak
realistis atau mungkin keluarga tidak menghendaki terhadap tujuan yang disusun
oleh perawat.
3)
Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal
ketepatan untuk mencapai tujuan sebelumnya.
f.
TUJUAN
Tujuan umum :
- Menjamin asuhan keperawatan secara optimal
- Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Tujuan
khusus :
- Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
- Menyatakan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
- Meneruskan rencana tindakan keperawatan
- Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
- Dapat menentukan penyebab apabila tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
g. MANFAAT
:
1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien
2. Untuk
menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan keperawatan yang
diberikan
3. Untuk
menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
4. Sebagai
umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus
5. Menunjang
tanggung gugat dan tanggung jawab
pelaksanaan keperawatan
h. Alasan
Pentingnya Penilaian
1. Menghentikan
tindakan/kegiatan yang tidak berguna
2. Untuk
menambah ketepatgunaan tindakan keperawatan
3. Sebagai
bukti hasil dari tindakan perawatan
4. Untuk
pengembangan dan penyempurnaan praktik keperawatan.
i. LANGKAH-LANGKAH
EVALUASI :
1. Menentukan
kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi
2. Mengumpulkan
data baru tentang klien
3. Menafsirkan
data baru
4. Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku
5. Merangkum
hasil dan membuat kesimpulan
6. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
j. HASIL EVALUASI :
1)
Tujuan tercapai : jika klien menunjukkan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan
2)
Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan
kriteria yang telah ditetapan
3)
Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukkan
perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
k. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERTANYAKAN EVALUASI :
1.
Kecukupan informasi
2.
Relevansi faktor-faktor yang berkaitan
3.
Prioritas masalah yang disusun
4.
Kesesuaian rencana dengan masalah
5.
Pertimbangan fator-faktor yang unik
6.
Perhatian terhadap rencana medis untuk terapi
7.
Logika
hasil yang diharapkan
8.
Penjelasan
dari tindakan keperawatan yang dilakukan
9.
Keberhasilan
rencana yang telah disusun
10.
Kualitas
penyusunan rencana
11.
Timbulnya
masalah baru.
Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya
intervensi-intervesi yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya.
Keefektifan ditentukan dengan melihat respon keluarga dan hasil, bukan
intervensi-intervensi yang diimplementasikan.
Meskipun evaluasi dengan pendekatan terpusat
pada klien paling relevan, seringkali membuat frustasi karena adanya
kesulitan-kesulitan dalam membuat criteria objektif untuk hasil yang
dikehendaki. Rencana perawatan mengandung kerangka kerja evaluasi. Evaluasi
merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang perawat
memperbaharui rencana asuhan keperawatan. Sebelum perencanaan-perencanaan
dikembangkan, perawat bersama keluarga perlu melihat tindakantindakan perawatan
tertenu apakah tindakan tersebut benar-benar membantu.
Berikut
ini pertanyaan-pertanyaan yang perlu direnungkan ketika melakukan evaluasi:
a.
Apakah
ada consensus antara keluarga dan anggota tim perawatan kesehatan lain dalam hal evaluasi?
b.
Data
tambahan apa yang perlu dikumpulkan untuk mengevaluasi perkembangan?
c.
Apakah
terdapat hasil tersembunyi yang perlu di kembangkan?
d.
Jika
perilaku dan persepsi keluarga menyatakan bahwa masalah di maksud diselesaikan
secara tidak memuaskan, maka apa alasannya?
e.
Apakah diagnosa keperawatan, tujuan dan
pendekatan-pendekatan bersifat akurat?
Faktor yang paling
penting adalah bahwa metode tersebut harus disesuaikan dengan tujuan dan
intervensi yang sedang dievaluasi.
Bentuk format evaluasi
No. Dx
|
Tgl/Jam
|
Tindakan
|
TT Perawat
|
Tgl/jam
|
Catatan Perkembangan
|
TT perawat
|
S.
O.
A.
P.
|
Post a Comment
Post a Comment