TRANSCULTURAL NURSING
Dewi Nurhasanah
0 Komentar
Berbagai fenomena yang terjadi
di tatanan praktek pelayanan keperawatan klinik dan komunitas menuntut
pengembangan yang adaptif dan fleksibel untuk diterapkan dalam berbagai situasi
dan kondisi.
Hal ini tentunya memerlukan teori
dan model yang sesuai dengan mengadopsi berbagai perubahan yang terjadi di
lingkungan masyarakat, khususnya perubahan sosial, budaya, dan sistem nilai
yang terjadi di masyarakat.
Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah
untuk membentuk kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur.
Leininger mengembangkan teorinya
dari perbedaan kultur yang universal. Perbedaan kultur tersebut dapat menjadi
sumber informasi dalam melaksanakan keperawatan. Keperawatan sebagai profesi
memiliki landasan body of knowledge yang kuat, dapat dikembangkan serta
dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Transcultural nursing ini
berasal dari disiplin ilmu antropologi yang dikembangkan ke dalam konteks
keperawatan. Konsep keperawatan transkultural ini didasari oleh pemahaman
tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting
memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan
dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya
rasa ketidaknyamanan klien, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami
disorientasi pada klien.
Pengertian Transcultural
Nursing
Transcultural Nursing adalah
suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus
memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan,
sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,
dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya
atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Konsep
Transcultural Nursing
Keperawatan transkultural adalah
ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada prilaku individu atau kelompok,
serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat dan perilaku
sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. (Leininger,
2002).
Konsep Utama
Transcultural Nursing:
Care : perawat
memberikan bimbingan dukungan kepada klien à untuk
meningkatkan kondisi klien
Caring :
tindakan mendukung, berbentuk aksi atau tindakan
Culture : perawat
mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan dan
budaya klien
Cultural care : kemampuan
kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan
Nilai kultur :
keputusan/kelayakan untuk bertindak
Perbedaan kultur : berupa
variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai keperawatan
Cultural care university : hal-hal
umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain
Cultural Imposion :
kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan kepada klien
Paradigma Transcultural
Nursing
Leininger (2002) mengartikan
paradigma keperawatan transcultural sebagai cara pandang, keyakinan,
nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu:
manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).
Manusia /klien
Menurut Leininger (2002), manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada.
Kesehatan
Kesehatan
adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit (Leininger, 2002)
Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai
suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi.
Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu fisik, sosial dan simbolik (Andrew &
Boyle, 1995).
Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien
dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari sakit (Andrew & Boyle,
1995). Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan klien sesuai dengan
budaya klien.
Aplikasi Transcultural
Nursing dalam Asuhan Keperawatan
Terlaksananya asuhan keperawatan
transkultural sangat ditentukan oleh pemahaman pengetahuan perawat pelaksana
tentang teori asuhan keperawatan transkultural, karena pengetahuan yang
dimiliki tersebut akan mengklarifikasi fenomena, mengarahkan dan menjawab
fenomena yang dijumpai pada diri klien dan keluarganya.
1.
Pengkajian
Pengkajian dilakukan terhadap
respon adaptif dan maladaptif untuk memenuhi kebutuhan dasar yang tepat sesuai
dengan latar belakang budayanya.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “
Leininger’s Sunrise models” dalam teori keperawatan transkultural Leininger
yaitu :
- faktor teknologi
- faktor agama dan falsafah hidup
- faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan
- faktor nilai-nilai budayan dan gaya hidup
- faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku
- faktor ekonomi
- faktor pendidikan
2. Diagnosa
keperawatan
Respon klien yang ditegakkan
oleh perawat dengan cara mengidentifikasi budaya yang mendukung kesehatan,
budaya yang menurut klien pantang untuk dilanggar, dan budaya yang bertentangan
dengan kesehatannya.
Terdapat tiga diagnosa keperawatan transkultural yang sering ditegakkan yaitu:
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
2. Gangguan
interksi sosial berhubungan dengan disorientasi sosiokultural
3. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini
3.
Perencanaan
Perencanaan dan implementasi
keperawatan transkultural menawarkan tiga strategi sebagai pedoman Leininger
(1984) ; Andrew & Boyle, 1995 yaitu :
a. Perlindungan/mempertahankan
budaya (Cultural care preservation/maintenance)
b.Bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural
care accommodation/negotiations)
c.Apabila budaya klien kurang
mendukung kesehatan mengubah dan mengganti budaya klien dan keluarganya (Cultural
care repartening/recontruction).
Apabila
budaya klien bertentangan dengan kesehatan, perawat perlu melakukan 3 hal
dibawah ini:
1.Cultural
care preservation/maintenance
a. Identifikasi perbedaan konsep
b. Bersikap tenang
c. Mendiskusikan kesenjangan budaya
c. Mendiskusikan kesenjangan budaya
2. Cultural
care accomodation/negotiation
a. Gunakan bahasa yang mudah
b. Libatkan keluarga
c. Lakukan negosiasi
3. Cultual
care repartening/reconstruction
a. Beri kesempatan
b. Tentukan tingkat perbedaan
c. Gunakan pihak ketiga
b. Tentukan tingkat perbedaan
c. Gunakan pihak ketiga
d. Terjemahkan terminologi
e. Berikan informasi
e. Berikan informasi
4.
Implementasi
Bila budaya klien dengan perawat berbeda maka perawat dan klien mencoba
memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang pada akhirnya akan
memperkaya budaya mereka, sehingga akan terjadi tenggang rasa terhadap budaya
masing-masing.
Bila
perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak tidak percaya
pada klien yang akan mengakibatkan hubungan perawat-klien yang bersifat
terapeutik terganggu.
5. Evaluasi
Evaluasi
asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan
budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai
dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat
diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Kesimpulan
- Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya.
- Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien.
- Diagnosa keperawatan dapat mengidentifikasi tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya, membentuk budaya baru atau bahkan mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan.
- Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
- Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.
Daftar Puastaka
Akhmadi. 2011. "Konsep Keperawatan Transkultural (Madeleine
Leininger)". Lecture/Class. Gadjah Mada University. Unpublished.
Post a Comment
Post a Comment