BERFIKIR KRITIS DALAM PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
Dewi Nurhasanah
0 Komentar
Dalam
keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat
mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual
untuk menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan
adalah suatu komponen penting dalam mempertanggung jawabkan
profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Berpikir
kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi,
prinsip, argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas
(Bandman dan Bandman, 1988)
Berpikir
bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan
dinamis dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan
membutuhkan proses berpikir, oleh karena itu sangat penting bagi perawat
untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir kritis dalam praktik
keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan pengetahuan
untuk menganalisis, menerapkan standar, mencari informasi, menggunakan
alasan rasional, memprediksi, dan melakukan transformasi pengetahuan.
Pemikir kritis dalam keperawatan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baik
dalam berpikir, yaitu: yakin, kontekstual, perspektif, kreatif,
fleksibel, integritas intelektual, intuisi, berpikir terbuka, refleksi,
inquisitiviness, dan perseverance.
Menurut
Wilkinson (1992), karakteristik berpikir kritis dalam keperawatan pada
prinsipnya merupakan suatu kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan
(feeling), dan melakukan (doing). Mengingat profesi perawat merupakan
profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia, maka dalam
menjalankan aktivitasnya, perawat menggunakan perpaduan antara
thingking, feeling, dan doing secara konprehensif dan bersinergi.
Perawat menerapkan keterampilan berpikir dengan menggunakan pengetahuan
dari berbagai subjek dan lingkungannya, menangani perubahan yang berasal
dari stresor lingkungan, dan membuat keputusan penting.
Saat
perawat bertemu clien, perawat akan selalu menggunakan pemikiran.
Misalnya, menggunakan pemikiran untuk mengumpulkan data dan membuat
kesimpulan. Setelah membu at kesimpulan perawat akan menerapkan
prblemsolving dengan melakukan sesuatu pemecahan masalah guna memenuhi
kebutuhan dasar klein. Penerapan berpikik kritis dalam proses
keperawatan diintregrasikan dalam tahap-tahap proses keperawatan dan
digunakan untuk pengkajian rumusan diaknusis perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi keperawatan
Tahap - Tahap Berfikir kritis dalam Proses Keperawatan
a.
Pendekatan Berpikir Kritis Untuk Pengkajian
Dalam lingkungan
perawatan kesehatan yang kompleks sekarang ini, perawat harus mampu memecahkan
masalah secara akurat, menyeluruh, dan cepat. Hal ini berarti bahwa perawat
harus mampu menelaah informasi dalam jumlah yang sangat banyak untuk membuat
penilaian kritis.
Penting artinya bagi
perawat untuk belajar berpikir secara kritis tentang apa yang harus dikaji. Penilaian
mandiri tentang kapan pertanyaan atau pengukuran diperlukan adalah dipengaruhi
oleh pengetahuan dan pengalaman klinik perawat (Gordon, 1994).
b.
Berpikir Kritis dan Proses Diagnostik Keperawatan
Berpikir kritis adalah
pemeriksaan data, pengumpulan informasi dari literatur, pengorganisasian
pengamatan, dan penelitian atas pengalaman masa lalu (Bandman & Bandman,
1995). Penggunaannya dalam perumusan diagnosa keperawatan adalah penting. Pada
saat asuhan keperawatan meluas ke dalam berbagai lingkungan perawatan
kesehatan, makin banyak aspek berpikir kritis diperlukan dalam pertimbangan dan
penilaian diagnostic (Gordon, 1994).
Proses diagnostik ini
memadukan ketrampilan berpikir kritis dalam langkah-langkah pembuatan keputusan
yang digunakan perawat untuk mengembangkan pernyataan diagnostik (Carnevali,
1984; Carnevali & Thomas, 1993). Proses ini mencakup analisis dan
interpretasi data pengkajian, identifikasi masalah, dan merumuskan diagnosa
keperawatan.
c.
Berpikir Kritis dan Merancang Intervensi Keperawatan
Memilih intervensi
keperawatan yang sesuai adalah proses pembuatan keputusan (Bulechek &
McCloskey, 1990). Perawat secara kritis mengevaluasi data pengkajian,
prioritas, pengetahuan, dan pengalaman untuk memilih tindakan yang akan secara
berhasil memenuhi tujuan dan hasil yang diperkirakan yang telah ditetapkan
(Gordon, 1994; Gordon et al, 1994).
d.
Keterampilan Berpikir Kritis dan Pengimplementasian Intervensi Keperawatan
Perawat membuat dua
jenis keputusan yang besar dalam proses keperawatan. Proses diagnostik
menentukan kekuatan dan masalah klien saat pembuatan konklusi pengkajian dan
sepanjang fase diagnostic (Bandman & Bandman, 1994; Mc Farland dan Mc
Farlane, 1989). Perawat kemudian menggunakan pendekatan metodis, sistematis,
yang didasarkan pada riset untuk merencanakan dan memilih intervensi yang
sesuai (Bulechek & McCloskey, 1995; Gordon, 1987, 1994).
Peserta didik harus
cermat memilih intervensi yang dirancang untuk mencapai hasil yang diharapkan
dan mengetahui perbedaan antara intervensi perawat dan intervensi dokter.
e.
Revisi Rencana Perawatan dan Berpikir Kritis
Sejalan dengan telah
dievaluasinya tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan dibuat sesuai dengan
keperluan. Jika tujuan telah terpenuhi dengan baik, bagian dari rencana asuhan
tersebut dihentikan. Tujuan yang tidak terpenuhi dan tujuan yang sebagian
terpenuhi mengharuskan perawat untuk mengaktifkan kembali urutan dari proses
keperawatan. Setelah perawat mengkaji klien kembali, diagnosa keperawatan dapat
dimodifikasi atau ditambahkan dengan tujuan, hasil yang diharapkan sesuai, dan
intervensi ditegakkan. Perawat juga menetapkan kembali prioritas. Hal ini
merupakan langkah penting dalam berpikir kritis mengetahui bagaimana klien
mengalami kemajuan dan bagaimana masalah dapat teratasi atau memburuk. Perawat
dengan cermat memantau dan deteksi dini terhadap masalah adalah pertahankan
garis depan klien (Benner, 1984).
Aspek-Aspek Berpikir
Kritis
Kegiatan berpikir
kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku selama
proses berpikir kritis itu berlangsung. Berpikir kritis seseorang dapat dilihat
dari beberapa aspek :
1) Relevance
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang
dikemukakan.
2)
Importance
Penting tidaknya isu
atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
3)
Novelty
Kebaruan dari isi
pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap
menerima adanya ide-ide baru orang lain.
4)
Outside Material
Menggunakan
pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan
(refrence).
5)
Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau
informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.
6)
Linking ideas
Senantiasa
menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dari informasi
yang berhasil dikumpulkan.
7)
Justification
Member bukti-bukti,
contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya.
Termasuk di dalalmnya senantiasa member penjelasan mengenai keuntungan
(kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi
8)
Critical assessment
Melakukan evaluasi
terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating dari dalam dirinya maupun dari
orang lain.
9)
Practical utility
Ide-ide baru yang
dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/ kegunaanya dalam
penerapan
10) Width of
understanding
Diskusi yang
dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan isi atau materi diskusi.
Secara garis besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam
beberapa kegiatan:
a. Berpusat pada pertanyaan (focus on question)
b. Analisa argument (analysis arguments)
c. Bertanya
dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of clarification and/or challenge)
d. Evaluasi
kebenaran dari sumber informasi (evaluating the credibility sources of
information)
Model Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
Dalam berpikir kritis terdapat beberapa model, yaitu:
Model Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
Dalam berpikir kritis terdapat beberapa model, yaitu:
1. Ingatan Total (T)
Berarti
mengingat atau mempelajari beberapa fakta atau tempat dan bagaimana
cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Fakta-fakta ini disimpan
dalam ingatan atau pikiran, baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang. Memori merupakan suatu proses yang kompleks. Beberapa orang
dapat mengingat banyak fakta-fakta yang tampaknya asing tanpa berupaya
keras, sementara orang lain harus berupaya keras.
2. Kebiasan (H)
Kebiasaan
adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga menjadi
sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat diterima
dalam melakukan segala hal. Kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan
suatu tindakan tanpa harus memikirkan sebuah metode dari setiap kali ia
akan bertindak. Ada kebiasaan lain yang asal pemikirannya tidak jelas,
ini adalah proses intuitif. Intuisi sering dijelaskan sebagai sebuah
“reaksi dari dalam diri”. Polanyi (1964) menjelaskan fenomena serupa,
yang disebut “pengetahuan yang diam”, yaitu langkah penemuan pengetahuan
itu tidak dapat diidentifikasikan.
3. Penyelidikan (I)
Penyelidikan
adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan mempertanyakan isu
yang mungkin segera tampak dengan jelas. Apabila anda menggunakan
tingkat pertanyaan ini dalam situasi sosial, anda akan disebut “terlalu
memaksa”. Penyelidikan termasuk menggali dan mempertanyakan segala hal
terutama asumsi pribadi seseorang dalam situasi tertentu. Penyelidikan
berarti tidak menilai sesuatu berdasarkan bentuk luarnya, mencari
faktor-faktor yang kurang jelas, meragukan semua pesan pertama, dan
memeriksa segala sesuatu, walaupun hal tersebut tampak tidak bermakna.
4. Ide baru dan Kreativitas (N)
Ide
baru dan Kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus bagi
anda. Ide baru dan Kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena
merupakan akar dari asuhan yang diindividualisasi atau asuhan yang
sesuai dengan spesifikasi klien. Banyak hal yang dipelajari perawat yang
harus digabungkan, disesuaikan, dan dikerjakan ulang untuk menyesuaikan
dengan setiap situasi klien yang unik.
5. Mengetahui Bagaimana Anda Berpikir (K)
Mengetahui
bagaimana anda berpikir adalah model T.H.I.N.K. yang terakhir, tetapi
bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang.
Berpikir tentang pemikiran disebut “metakognisi” sebuah kata yang
terdiri dari kata awalan, “meta”, yang berarti “diantara atau
ditengah-tengah dari”, dan “kognisi”, yang berarti “proses mengetahui”.
Apabila anda berada ditengah-tengah proses mencari tahu, Anda akan
mengetahui bagaimana Anda berpikir. Mengetahui bagaimana anda berpikir
tidak sesederhana seperti yang terdengar. Sebagian besar kita “hanya
berpikir”, kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan
bagaimana kita berpikir.
Post a Comment
Post a Comment